Catatan Agus Ismunarno
WKU KADIN Kepulauan Babel
KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia menyarankan agar Pemerintah Indonesia memperbesar stimulus hingga Rp 1.600 triliun untuk menyelamatkan kesehatan dan perekonomian Indonesia.
Hal itu disampaikan Ketua Umum KADIN Indonesia, Rosan P. Roeslani dalam Rapat Koordinasi Daring dengan KADIN Daerah seluruh Indonesia beberapa waktu lalu.
Kesehatan dan keselamatan, kata Roeslan, seiring dengan perkembangan ekonomi kita dan kita belum mengetahui pasti kapan pandemi corona ini berakhir. Bottom line-nya, belum ketahuan.
Rosan mengatakan perlunya Pemerintah Indonesia menambah stimulus agar bisa mempercepat pemulihan ekonomi.
Rosan memaparkan perbandingan stimulus negara lain dengan Indonesia. Amerika Serikat kurang lebih 10 persen dari total GDP. Jerman sampai 20 persen, Jepang sampai 20, Singapura hampir 11 persen, Australia 10 persen, Malaysia 15,5 persen, dan Kanada 10 persen.
“Indonesia hanya 2,7 persen dari GDP. Padahal, Indonesian sudah tiga kali mengucurkan stimulus. Pertama Rp10,6 triliun, lalu Rp22,9 triliun, dan yang ketiga Rp405 triliun,” kata Roslan.
Ia mengusulkan, “Stimulus kita masih mempunyai ruang untuk menaikkan stimulusnya,” jelasnya.
Mengutip Menteri Keuangan Sri Mulyani, Rosan mengatakan, kalau kita tidak melakukan apa-apa, pertumbuhan kita bisa minus 0,4 persen.”
Stimulus kata dia, sudah on the track. Tapi perlu diperluas. Bukan hanya industri manufaktur, tapi seluh industri. Karena semua terdampak.
Sektor yang harus diutamakan kata Rosan, adalah sektor UMKM. Karena, 96 persen dari total pekerja kita yang angkanya 132 juta orang, ada di UMKM. Dan kontribusi ekonomi dari UMKM itu, kurang lebih 60 persen.
BI juga sudah mengeluarkan kebijakan, OJK juga sudah mengeluarkan kebijakan. Tapi kata dia, ada 3 hal yang paling penting.
Pertama kesehatan. Anggaran kesehatan kita lanjut Rosan, dalam stimulus itu Rp70 triliun. Total safety net Rp170 triliun. Industri pertanian Rp70 triliun, dan finansial Rp150 triliun.
“KADIN Indonesia mengusulkan stimulus Rp1.600 triliun terbagi dalam tiga bidang. Sekitar Rp600 triliun untuk social safety net, Rp400 triliun untuk kesehatan, dan Rp500 triliun hingga Rp600 triliun untuk menjaga stabilitas finansial, terutama perbankan,” kata Rosan.
“Kenapa? Karena bank kita ini kalau kita melihat ke depan, akan mengalami banyak tekanan. Tekanannya, industri kita ke depan akan mengalami kendala,” tuturnya.
Rosan memandang, stimulus ini memiliki kegunaan pada dua hal. Pertama kata Rosan, perut itu harus selalu kenyang, tidak boleh kosong. Kedua, untuk menjaga tidak terjadi PHK.
“Intinya kan itu dulu. Karena kalau perut kosong dan terjadi gelombang PHK, ini akan menjadi problem. Sekarang saja, saya contoh Amerika, unemployment ratenya sekarang 10 persen, dan akan menuju ke 20 persen. Dan akan sampai pada 40 persen. Nah kita kan harus mengantisipasi ini juga,” terangnya.
Rosan mengaku melakukan zoom conference dengan 20 asosiasi industri dan juga para pengusaha-pengusaha besar. Dan mereka rata-rata mengatakan, nafas mereka hanya sampai Juni-Juli.
“Saya gak bicara masalah pariwisata lagi. Udah 1.200 lebih hotel yang tutup. 460 lebih restoran yang tutup. Kalau satu hotel saja pekerjanya 100 orang saja, yang kita tahu ada malah yang ribuan, dikali 1200 aja, itu sudah 1,2 juta orang,” bebernya.
Menurutnya, itu baru angka PHK. Kita kata Rosan, tidak boleh terkecoh, dengan banyaknya pekerja yang justru lebih besar yang dirumahkan tanpa gaji, tanpa pembayaran.
Menurutnya, rata-rata 25 persen untuk perhotelan yang dirumahkan. Belum lagi industri lain yang mengalami penurunan. Pariwisata turunannya itu berdampak besar.
“Meski masih ada industri yang relatif masih stabil seperti telekomunikasi, itu masih oke. Tapi kalau kayak ritel, transportasi itu terdampak paling besar. Angka Rp1.600 triliun itu, memang kurang lebih 10 persen dari GDP kita. (industry)