Legenda Kegelapan

oleh -
Oleh: Campa Champaka Chempedak/NIRWAN, Pemerhati Budaya

Oleh: Campa Champaka Champedak/NIRWAN
Pemerhati Budaya

LISTRIK, benda mati atau benda hidup?

“Maaf atas ketidaknyamanan akibat pemadaman listrik”.

Kalimat maaf tidak hanya muncul di hari raya. Tentu setiap yang merasa bersalah selalu minta maaf.

Padahal dengan gelap mungkin kesunyian akan datang. Paling tidak kapan lagi kita bisa mendengarkan suara jangkrik, koak malam, atau pungguk bahkan juga galing.

Gelap tidak mengenal segan, sekalipun di sebuah pulau berisi orang orang berpangkat atau keturunan raja, keturunan tumenggung, panglima maupun profesor. Mungkin semirip gelap mata.

Dua pulau dalam satu rumpun pernah mengalami gelap. Siapa sebetulnya gelap ini ?

Darimana asalnya ? Tidak adakah yang mampu menerangi gelap?

Apakah dengan gelap ini pertanda perilaku rasis akan punah?

Suatu hari, orang orang pintar diutus untuk memusnahkan gelap dengan bersenjata pensil, kalkulator dan penggaris.

Mereka mulai merumuskan pangkat kuadrat, sampailah pada keputusan hasil pertambahan dan pembagian.

Dengann penyelidikan mendalam mereka menemukan titik api seperti petir kata mereka. Itulah listrik.

Suatu hari mereka berusaha.

Membuat rumah besar agar listrik bisa di kandang di dalamnya, oleh ahli tata kota wilayah barat dirasa tepat.

Sayangnya rapat tidak bisa ditunda oleh sang tata kota hingga dukun cuaca serta dukun laut serasa seperti angin lalu.

*

Kegembiraan menjadi pulau yang mampu memusnahkan gelap merupakan prestasi besar menuju masa kegemilangan kedua pulau serumpun.

Hal ini semakin menguatkan rumus pertambahan, perkalian, pengurangan dengan senjata pensil, kalkulator dan penggaris menjadi hak paten bahkan hampir mendapatkan Nobel.

Gelap ternyata diam diam menyimpan dendam atas kekalahannya.

Mereka merencanakan badai tektonik yang akan dikendalikan lewat awan dan laut. Karena sebelum dimusnahkan, gelap sempat mendengar bahwa rapat hanya dihadiri orang orang pintar ketika itu.

Maka sore itu, di bulan lima, tahun ke dua puluh tiga, awan mulai mendung, memanjang dari timur ke barat.

Tak lama angin mulai bertiup, di kejauhan seperti makhluk berekor mulai turun dari awan ia bergulung, berputar, dengan suara menakutkan.

Kegelapan berhasil menguasai kembali apa yg dirampas oleh orang orang pintar.

Balatentara listrik gugur dalam waktu singkat. Tak bnyak yang mampu diperbuat rakyat di dalam pulau yang dikuasai gelap.

Namun sepertinya gelap tidak sampai memusnahkan mereka. Gelap hanya ingin membuktikan bahwa tidak ada yang sempurna dari orang orang pintar dan rumus patennya.

Bahkan gelap sangat yakin bahwa orang orang pintar itu tidak tahu listrik itu benda hidup atau benda mati?

Dalam kondisi dua pulau yang dikuasai kegelapan, bisa sangat memungkinkan Anugerah Nobel hanyalah sebuah payung fantasi dari legacy pencipta dongeng.

(Campa,170523)

Tinggalkan Balasan