Pasangan (yang) Merdeka Eka Mulya Putra – Radmida Dawam

oleh -Post Views 16

Agus Ismunarno Cakraputra
Pemimpin Redaksi AQUILA Media Group

  • (Catatan Wartawan Utama
    (Pengantar dari Beberapa Tulisan):

“Merdeka bukan sekadar bebas dari belenggu partai, tapi merdeka dalam membangun bersama rakyat.”

DI PANGGUNG KECIL sebuah warung kopi di Kota Pangkalpinang, saat secangkir kopi mengepul di tangan, lahir bisikan harapan baru lewat wajah dua insan: Eka Mulya Putra dan Radmida Dawam. Di sanalah, di bawah lampu temaram dan obrolan hangat, mereka menyematkan tagline “Merdeka”—bukan retorika kosong, melainkan akronim tulus Membangun Bersama Eka-Radmida—yang menjadi misi besar mereka dalam Pilkada ulang Pangkalpinang 2025.

Visi & Misi: Demokrasi Inklusif dan Pemberdayaan

Eka, sosok muda vocal bersama Radmida Dawam di komunitas Kotak Kosong, membawa satu prinsip tegas: demokrasi beradab. “Suara rakyat adalah suara tertinggi,” ujarnya mengingat kembali kemenangan simbolik Kotak Kosong pada Pilkada 2024.

Kini, ia dan Radmida ingin melanjutkan narasi itu dalam pemerintahan yang benar-benar dijalankan bersama warga—tanpa sekat partai, tanpa politisasi identitas.

Radmida, mantan Sekda yang percaya birokrasi bisa berpihak pada rakyat, melengkapi visi tersebut dengan suara perempuan—“keterlibatan perempuan dalam kebijakan,” tegasnya, memastikan bahwa pembangunan tak hanya dilihat dari wacana, tetapi dirasakan langsung oleh ibu rumah tangga.

Agenda “Kampanye”: Nyata, Merakyat, dan Berdaya

Banyak agenda sudah Merdeka lakukan; blusukan, berjumpa dengan warga dan tokoh-tokohnya, silaturahmi dan mohon doa, agar mereka menjadi pilihan warga memimpin Pangkalpinang lima tahun ke depan. Berikut adalah beberapa agenda yang mereka lakukan:
1. Bazar Minyak Goreng & Bagi-bagi Senyum
Mengawali Ramadhan, mereka turun ke Kelurahan Tuatunu, menggelar bazar minyak goreng murah. Ekonomi rakyat jadi perhatian utama, lewat tangan yang memberi, bukan janji berliku.

2. Relawan Door‑to‑Door

Sejak Februari, 2025 relawan Kotak Kosong bergerak soleh dan tekun, menyusuri lorong dan gang untuk mengumpulkan KTP—bukan demi angka, tetapi demi suara masyarakat yang selama ini tidak terdengar.

3. Deklarasi Budaya & Kebersamaan
Pada 15 Juni, Tugu Kerito Surong berubah menjadi pesta demokrasi berbudaya: ribuan warga menyatu dalam Dambus, Barongsai, dan Angklung, diselingi bubur kacang dan tarian massal—politikus, dokter, selebgram, influencer dan relawan menari bersama, tanpa sekat .

Dukungan dan Verifikasi: Dari Hati ke Kertas

Langkah mereka bukan tanpa bukti. Dari target 16.433 dukungan, mereka menyerahkan 20.724—melewati ambang dan melebihi sebaran minimal empat kecamatan . Meski sempat perbaikan data, KPU menetapkan bahwa dukungan tersebut sah dan tersebar merata di tujuh kecamatan.

Sentimen masyarakat juga memanifestasi diri lewat gelombang dukungan yang makin hari kian menguat, dilatari kesadaran politik rakyat yang percaya: mereka bukan objek, tapi subjek.

Merdeka Bersama Warga

Kala politik lokal sering dianggap dingin, Eka–Radmida membawa kenyataan lain: politik bisa merdu seperti lagu, hangat seperti bubur sore, merakyat tanpa topeng. Mereka tak hanya berbicara tentang infrastruktur dan proses birokrasi, tapi membuktikan bahwa satu langkah kecil—bazar atau senyuman—bisa menyulut harapan jauh lebih besar.

Kegiatan lain pasca pendaftaran, Radmida Dawam mengajak emak-emak senam bersama sebagai simbol ajakan untuk hidup sehat jasmani rohani. Sebelum dan sesudah senam Radmida Dawam sekaligus menyerap aspirasi. Sedang Eka Mulya Putra berjanji akan mengembalikan kejayaan sepakbola Pangkalpinang.

Kepedulian terhadap warga ditunjukkan Eka Mulya di antaranya dengan membantu ibu Rini yang lumpuh pasca operasi. Demikian juga Radmida mengunjungi warga yang sedang sakit sebagai simbol kepedulian kepada warga yang perlu dibantu dan sekaligus menunjukkan komitmen pasangan Merdeka terhadap kesehatan.

Independen Merdeka senantiasa menyatakan spirit pasangan Merdeka merupakan pasangan yang “Bukan Milik Partai, tapi Milik Rakyat: tanpa mahar politik, merdeka dari elit politik, saatnya rakyat jadi pemenang dan melanjutkan perjuangan kotak kosong. Mereka bersemangat mewujudkan Pangkalpinang lebih BERARTI.

Inilah politik yang mereka gambar: bukan panggung megapolitan, tetapi panggung lorong, pasar, dan ruang rakyat. Di situ, janji demokrasi tak lagi retorika, tetapi rekaman napas masyarakat yang hendak didengar.

“Merdeka dalam membangun bukan berarti berjalan sendirian. Kita merdeka bersama, merdeka melawan segala belenggu, dan merdeka merajut harapan.”

Pasangan Merdeka menegaskan ulang—bahwa pasangan Eka Mulya Putra – Radmida Dawam bukan sekadar calon independen. Mereka adalah harapan yang berjalan nyata ke lorong-lorong Pangkalpinang, menyapa hati rakyat dengan sederhana, bermartabat, dan menebar harapan untuk kota yang lebih hidup dan BERARTI. Semoga!

Tinggalkan Balasan