Molen-Zaki; Simbol Keberlanjutan Kombinasi Pengalaman dan Wajah Baru

oleh -Post Views 34

Oleh: Agus Ismunarno Cakraputra
Pemimpin Redaksi AQUILA Media Group

  • *Catatan Wartawan Utama (Pengantar dari Beberapa Tulisan):
  • “Kami berdiri bukan atas ambisi pribadi, tapi amanah rakyat—dengan semangat kebersamaan dan demokrasi yang sejuk.”

MAULAN AKLIL, Walikota Pangkalpinang petahanya, berdiri di samping Zeki Yamani, tepat di hari pendaftaran—27 Juni 2025—di hadapan KPU. Mereka bukan sekadar mendaftar, tetapi menegaskan visi: Pilwako yang mengusung tema keberlanjutan dalam suasana sejuk, nyaman, dan penuh semangat kebersamaan.

Keberlanjutan Majukan Pangkalpinang

Molen, panggilan akrab Maulan Aklil merupakan figur yang sebelumnya membangun Pangkalpinang Kota Beribu Senyuman. Kini ia memulihkan narasi kepemimpinan: menyambung serta melanjutkan sinergi ekonomi, menyinari pelayanan publik, dan menjaga harmoni sosial.

Sementara Zeki, tokoh muda dari Demokrat, memperkuat komitmen keberagaman partai dan kelembagaan politik. Keduanya merupakan simbol pengalaman dalam membangun kota dan wajah baru yang akan menjadi warna baru sebuah kota.

Misi mereka tegas: kembali menegakkan infrastruktur yang inklusif, meningkatkan layanan kesehatan dan pendidikan, serta memperkuat koneksi demokrasi di setiap penjuru kota—tanpa meninggalkan prinsip politik yang bersih dan partisipatif.

Agenda “Kampanye”: Transformatif, Humanis, dan Koalisi

Di hari pendaftaran, Molen di kantor KPU menyapa publik dengan pesan maaf atas dinamika Pilwako sebelumnya. Kembalinya Molen dalam kontestasi Pilkada Ulang lebih untuk melanjutkan cita-cita bersama seraya menyuarakan tekad untuk bekerja dengan jujur dan bersama semua elemen masyarakat.

Kini diusung oleh Gerindra, pasangan ini tak sekadar menerima surat mandat, tetapi juga membentuk jaringan kuat dengan mesin partai—politik yang bukan hanya simbol, tapi substansi pelayanan ke warga.

Pasangan ini langsung menjalin kembali silaturahmi dengan berbagai elemen masyarakat dan melaksanakan bakti sosial serta berdialog dengan masyarakat di antaranya:

Serangkaian “kampanye” sebelumnya—dari tebus murah di Gabek hingga dialog publik—menunjukkan bahwa Molen tetap mengakar: ia bergerak di antara UMKM, pelaku informal, hingga milenial, membawa nilai nyata bukan janji praktis kosong.

Survei & Elektabilitas: Gambaran Aktual

Survei Elekta Research Center (Pertiba, Juni 2025) menggambarkan Molen berada di elektabilitas 22,2%, unggul dari rival utama. Meski Zeki belum dipaparkan secara spesifik, sinergi keduanya dipahami sebagai kombinasi pengalaman dan wajah baru, yang menimbulkan ekspektasi harapan besar akan stabilitas demokrasi.

Dari Rekam Jejak ke Harapan Baru

Bagi sebagian warga, Bang Molen adalah figur yang turun langsung—memperhatikan pelaku UMKM hingga mahasiswa muda yang butuh ruang. Mereka berbicara tentang kepedulian yang nyata, bukan sekadar kampanye sesaat.

Di sisi lain, deretan komentar kritis turut hadir—menuntut dialog lebih terbuka dan keberpihakan lebih nyata. Suara ini bukan menghambat, justru ditangkap oleh pasangan ini sebagai sarana menumbuhkan ruang diskusi politik yang lebih sehat.

Molen – Zeki bukan hanya menuju kursi pemerintahan; mereka sedang menggenggam harapan—menuju pit stop demokrasi yang lebih ramah, kehidupan kota yang lebih bisa dekat, dan kepercayaan publik yang bisa bangkit lagi.

“Demokrasi yang sejuk itu bukan janji di atas panggung, tapi praktik di lorong ke lorong—bersama rakyat, berlandaskan kejujuran.” Semoga!

Tinggalkan Balasan