Universitas Gunung Maras dan Ilmu yang Menyelamatkan dari Kekeliruan

oleh -Post Views 13

*Kadang untuk memahami kebenaran, kita harus terlebih dahulu berani keliru*

 

Oleh: Prof. (Keliru) Muhamad Zen
Guru Besar Universitas Gunung Maras (UGM)

KABAR bahagia datang dari dunia pendidikan tinggi yang tak biasa: Universitas Gunung Maras (UGM) kembali membuka pendaftaran mahasiswa baru untuk tahun akademik 2026.

Bagi generasi muda Indonesia, terutama masyarakat Bangka Belitung, ini bukan sekadar pengumuman akademik, melainkan kabar filosofis yaitu lahirnya kampus yang berani mengajarkan hal paling jujur dari kehidupan: ilmu tentang kekeliruan.

UGM didirikan oleh Muhamad Zen, seorang wartawan dan pengamat kebijakan publik yang sudah lama bergulat dengan kenyataan sosial yang penuh ironi dan paradoks. Dari pengalaman itu, ia menyimpulkan satu kebenaran sederhana namun tajam:

“Dunia terlalu sering salah mengira yang benar itu salah, dan yang salah itu benar.”

 

Fakultas-Fakultas Perkeliruan

Di kampus ini, tidak ada fakultas biasa.
Yang ada adalah fakultas-fakultas luar biasa keliru, namun justru di situlah letak kebenarannya.

Ada Fakultas Hukum Perkeliruan, tempat mahasiswa belajar membedakan antara hukum, kebiasaan, dan kebenaran.
Lalu Fakultas Ilmu Politik Perkeliruan, yang mendidik calon pemimpin agar bisa jujur tanpa kehilangan elektabilitas.

Kemudian Fakultas Teknik Perkeliruan, mencetak insinyur logika yang pandai membangun jembatan antara salah paham dan pemahaman.
Dan terakhir, Fakultas Ekonomi Perkeliruan, yang melatih mahasiswa menghitung keuntungan bahkan sebelum kerugian datang.

Namun dua fakultas paling diminati tetaplah Hukum Perkeliruan dan Teknik Perkeliruan, sebab di dunia nyata, dua hal inilah yang paling sering diuji masyarakat.

Syarat Masuk: Harus Pernah Keliru

UGM punya standar seleksi unik: syarat utama menjadi mahasiswa adalah pernah keliru. Tak perlu nilai rapor tinggi, cukup pengalaman hidup yang membuatmu tersadar bahwa kebenaran tak selalu tampak benar.

“Barang siapa tak pernah keliru, maka ia belum pernah berpikir.”

Kekeliruan di Universitas Gunung Maras bukanlah dosa, melainkan guru paling sabar. Di sinilah para mahasiswa belajar bahwa jalan menuju kebenaran sering dimulai dari langkah yang tersesat.

Kebenaran yang Tumbuh dari Kekeliruan

Sebagai dosen di Fakultas Teknik Perkeliruan, saya sering berkata kepada mahasiswa:
“Jangan buru-buru membenarkan sesuatu yang tampak benar. Kadang, di balik yang keliru, justru tersembunyi kebenaran yang enggan tampil.”

Zaman kini penuh pencitraan dan framing.
Kita melihat hal-hal tampak benar hanya karena sering diulang, disemir, atau disebar.
Padahal, kebenaran sejati justru sering lahir dari keretakan logika dan keberanian mempertanyakan.

“Kalau dunia sudah terlalu sibuk menunjuk siapa yang keliru, biarlah kita keliru bareng-bareng, supaya dari kekeliruan itu lahir kesadaran bersama.”

Alumni: Antara Kebenaran dan Kekeliruan yang Saling Menyamar

Kini, Universitas Gunung Maras telah banyak melahirkan alumni yang tersebar di berbagai bidang diantaranya politik, hukum, birokrasi, media, hingga masyarakat sipil. Mereka adalah orang-orang yang paham cara melihat kebenaran yang disembunyikan di balik kekeliruan.

Namun uniknya, sebagian dari mereka justru berhasil membungkus kebenaran dengan keliru, agar tampak “sejalan” dengan zaman. Bukan karena mereka ingin menipu, tapi karena mereka tahu, kadang, hanya dengan berpura-pura keliru, kebenaran bisa tetap hidup.

Mereka mengerti satu hal:
di masyarakat yang gemar menuduh, kebenaran sering dianggap ancaman, dan kekeliruan disambut sebagai kebijaksanaan.

Akhir Kata

Universitas Gunung Maras sejatinya bukan kampus biasa, ia adalah metafora kehidupan modern, tempat kita belajar menertawakan keseriusan dunia dan menyadari betapa lucunya manusia ketika merasa paling benar.

Sebab, untuk benar-benar memahami kebenaran, kita memang harus berani keliru. Karena hanya mereka yang berani keliru, yang akhirnya tahu bagaimana cara menjadi benar.

“Dari yang keliru, kita menemukan arah menuju kebenaran.”

Universitas Gunung Maras, Tempat Ilmu dan Kekeliruan Berpadu Mengajarkan Kearifan.

*Catatan Redaksi: Artikel ini dimuat di titahnusa.com dan atas ijinnya dimuat ulang oleh aquilaindonesia.com sebagai basis dialog sunyi dengan penulisnya, M. Zen bersama Agus Ismunarno

Tinggalkan Balasan