Diaspora Muda dan 12 Tuntutan Rakyat

oleh -Post Views 47

Oleh: Agus Ismunarno Cakraputra

Pemimpin Redaksi AQUILA Media Group

*) -the journey of life series-

 

Copenhagen, aquilaindonesia.com – Dari Copenhagen, Denmark, suara seorang anak bangsa kembali melintasi samudra dan menyentuh hati publik di tanah air. Ia adalah Salsa Erwina Hutagalung, influencer muda sekaligus diaspora Indonesia yang namanya sudah akrab di telinga warganet.

Jumat (5/9-2025) adalah deadline yang ditetapkan Salsa untuk tuntutannya. Kita menunggu: kejutan apalagi yang akan ditunjukkan oleh Salsa manakala tuntutan tidak dipenuhi semuanya.

Jumat lalu (29/8/2025), melalui akun Instagram pribadinya @salsaer, Salsa melontarkan sesuatu yang lebih dari sekadar unggahan: sebuah draf 12 tuntutan rakyat yang ia minta pemerintah Indonesia segera realisasikan.

“Temen2 apakah setuju dengan DRAFT TUNTUTAN (belum final) ini kepada pemerintah untuk dilaksanakan dalam selambat-lambatnya 7 hari ke depan? Kalau gak, kita hapus. Kalau ya, kita lanjutkan!” tulisnya.

Unggahan itu langsung jadi bahan perbincangan publik. Dari sekadar komentar, hingga diskusi panjang yang menjalar ke ruang-ruang virtual, bahkan ruang politik.

Salsa seperti mengetuk palu dari kejauhan, memberi gema ke bangsa yang sedang resah.

Dua Belas Poin: Cermin Rasa Kecewa Publik

Draf yang dirumuskan Salsa memuat 12 poin penting. Meski disebut “sementara”, isinya jelas merepresentasikan aspirasi luas masyarakat, terutama yang muak dengan korupsi, diskriminasi, dan lemahnya keberpihakan negara. Berikut garis besar tuntutannya:

1. Pengesahan RUU Perampasan Aset.

2. Pemecatan anggota DPR yang menghina rakyat serta audit kekayaan oleh KPK.

3. Pembebasan peserta aksi yang ditangkap pada demo 25, 28, dan 29 Agustus.

4. Reformasi DPR: transparansi anggaran, larangan eks napi korupsi, penghapusan fasilitas istimewa.

5. Penurunan gaji anggota DPR, maksimal 5 kali UMR.

6. Penetapan KPI anggota DPR dengan evaluasi berkala.

7. Audit menyeluruh BUMN.

8. Pembatalan rencana kenaikan pajak.

9. Pengadilan bagi pelaku pembunuhan Affan Kurniawan dan jaminan hidup bagi keluarganya.

10. Standar gaji layak bagi guru.

11. Reformasi kinerja kepolisian.

12. Syarat akademik dan kompetensi bagi calon anggota DPR.

Bila dibaca, daftar ini tidak sekadar teknis, melainkan cermin dari rasa kecewa publik. Ada jeritan moral tentang keadilan, kesejahteraan, hingga integritas lembaga negara.

Dari “Debat Sahroni” ke Tuntutan Publik

Sebelum ini, Salsa sempat viral karena menantang debat anggota DPR Ahmad Sahroni. Bagi sebagian orang, langkahnya dianggap nekat. Namun bagi banyak lainnya, keberanian itu adalah oase di tengah keringnya suara kritis.

Kini, lewat “12 tuntutan”, Salsa menegaskan bahwa ia bukan hanya sekadar influencer, tetapi juga penyalur aspirasi rakyat.

Resonansi di Dunia Maya

Hanya beberapa jam setelah unggahan itu tayang, kolom komentar membanjir. Ada yang memuji keberanian Salsa, ada pula yang skeptis. Namun nyaris tak ada yang mengabaikan. Setiap poin dibicarakan: dari nasib guru yang gajinya tak kunjung layak, sampai kontroversi soal DPR yang dianggap terlalu jauh dari rakyat.

“Dia ngomong apa yang kita semua rasain, tapi jarang bisa kita sampaikan,” tulis salah satu warganet.

Pemerintah dan DPR Ditunggu Responsnya

Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah maupun DPR. Namun Salsa memberi tenggat waktu: selambat-lambatnya 7 hari atau hingga 5 September 2025. Deadline ini menjadi semacam jam pasir yang sedang berbalik, menunggu apakah suara rakyat yang diwakilinya akan digubris atau hanya akan menguap.

Suara Diaspora, Harapan Rakyat

Fenomena Salsa mengingatkan bahwa diaspora Indonesia bukan sekadar warga negara yang jauh dari tanah air. Dari Denmark, seorang perempuan muda bisa menggerakkan percakapan politik nasional, bahkan menyusun tuntutan yang dirasa lebih konkret ketimbang janji-janji elite.

Ada yang menarik. Salsa Erwina Hutagalung mengaku, dirinya adalah TOA yang menggemakan suara masyarakat.

“Jadi, manakala 12 tuntutan tidak dipenuhi, maka terpulang kepada masyarakat, kepada rakyat. Pemerintah memiliki kekuasaan dan senjata yang diamanahkan rakyat. Tetapi rakyat berkuasa pula terhadap pajak yang membuat negara ini hidup. Sudah banyak tanggapan rakyat,” tandas Salsa Erwina Hutagalung dalam berbagai wawancara termasuk Kompas TV.

Dalam lanskap demokrasi yang kerap lesu, Salsa Erwina Hutagalung hadir sebagai pengingat: bahwa suara rakyat bisa datang dari mana saja, dan bahwa media sosial bisa menjadi jembatan antara yang jauh dan yang dekat, antara harapan dan kenyataan. Semoga!

*) -the journey of life adalah tulisan serial multi topik pasca 65 Th Kelahiran, 35 Th Insan Pers Indonesia, 25 Th Berkarya Jurnalistik di Babel

Tinggalkan Balasan