Oleh: Nanik Sugianti, S.Th
Guru Mapel Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti
SD Negeri 4 Kelapa Kampit – Kabupaten Belitung Timur
Pendahuluan
Cara mendisiplin anak pada masa kini berbeda dengan dengan masa lalu. Masalah paling umum yang terjadi jika salah mendsiplin anak maka akan kecanduan, depresi, kecemasan, dan rendah diri.
Sebagai orang tua, tujuan mendidik anak bisa saja manipulatif yaitu anak sumber kebanggaan tempat perlindungan masa tua atau sebagai sumber investasi (membalas jasa).
• Mazmur 127:3 Anak bukan benar-benar milik kita, mereka titipan Tuhan. Anak-anak yang dikaruniakan untuk satu tujuan.
• Maleakhi 2:15 menegaskan anak-anak adalah keturunan Ilahi.
• Amsal 22:6: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Sumber masalah anak di masa remaja/dewasa, adalah mereka tidak diberi kebebasan menjadi diri sendiri. Contohnya yaitu dibedakan, dimanjakan, dipaksakan, dibandingkan dengan orangtua.
Untuk itu orang tua harus bersikap antara lain:
*Pertama; Kreatif, sesuai usia dan direncanakan.
Ulangan 6:6-9 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Bagian ini menjelaskan bahwa perencanaan waktu untuk anak anak sangat diperlukan.
Kedua;* Sesuai kepribadian Anak.
Ini membutuhkan pengenalan, belajar psikologi perkembangan dan kepribadian. Perilaku dan sikap anak hanya bisa diperbaiki setelah perasaan anak diakui dan diterima.
Kecenderungan alami untuk orang dewasa adalah untuk menanggapi perasaan negatif anak dengan logika dan pemecahan masalah. Namun, ada banyak nilai dalam membiarkan anak mengekspresikan perasaan mereka, bekerja melalui perasaan, mengatasi masalah mereka, dan belajar bagaimana mengelola perasaan mereka.
Ketiga; Dilakukan dalam kebenaran dan teladan.
Orang tua perlu lebih dulu menghidupi dan meneladankan apa yang akan diajarkan pada anak. Orang tua tidak pantas atau berhak berharap anak-anak memiliki karakter dan skill yang belum atau jarang dimodelkan (bukan ajarkan) untuk anak. Jati diri orang tua jauh lebih mempengaruhi anak-anak daripada nasehat.
Jadi, orang tua perlu menghidupi dan memodelkan nilai-nilai dan karakter sebab hal ini jauh lebih penting dari pada pengetahuan tentang buku-buku parenting.
Keempat; Memahami konteks zaman atau generasi Z yang membesarkan anak.
Generasi Z Lahir 1997 sd 2015 dan seterusnya. Generasi ini lahir dan tumbuh besar dengan koneksi yang instan, mudah diakses, dan setiap saat terhubung dengan internet. Proses globalisasi dan revolusi informasi mengubah generasi Z. Perlu memahami zaman anak, dengan membaca dan bergaul.
Jika orang tua mendisiplinkan anak maka:
1) Sanksi yang diberikan memberi dampak positif;
2) Anak bebas bertanya, dan mengerti kenapa diberikan disiplin;
3) Sanksi diberikan demi si anak;
4) Diberikan sesuai usia dan kepribadian anak;
5) Jarang digunakan dan diberikan secara kreatif;
6) Diberikan secara konsisten;
7) Diberikan saat emosi lagi baik & lebih rasional;
8) Dampaknya tidak melukai anak;
9) Orangtua kompak;
Jika orang tua menghukum anak maka:
1) Hukuman tidak memberi pelajaran apapun;
2) Saat dihukum anak tak boleh tanya, cukup dengarkan orangtua;
3) Sanksi diberikan demi kepuasan yang menghukum;
4) Diberikan secara impulsiif tanpa peduli kondisi anak;
5) Sering digunakan dan tidak kreatif;
6) Sering berubah ubah (tidak konsisten);
7) Diberikan saat lagi marah dan frutrasi (emosional);
8) Dampaknya melukai hati anak;
9) Orangtua tidak kompak;
Anak-anak sangat perlu didengarkan perasaannya, melalui tulisan ini ada empat (4) cara untuk membantu anak-anak mengekspresikan dan mengatasi perasaan mereka yaitu:
1. Dengarkan dengan penuh perhatian.
Mereka tahu benar jika orang tua sedang tidak memperhatikan. Kecenderungan alami untuk orang dewasa adalah menanggapi perasaan negatif anak dengan logika dan pemecahan masalah.
2. Mengakui perasaan anak-anak.
Orang tua tidak harus setuju dengan perasaan itu tetapi orang tua harus menerima. Menerima perasaan dan pribadi anak adalah cara terbaik dalam mengatasi masalah anak. Membantu mereka mengelola perasaan, lebih daripada memberi nasihat.
Mendengarkan dengan sungguh-sungguh adalah suatu kerja keras. Orang tua harus berkonsentrasi jika tidak maka orang tua tidak bisa memberi tanggapan yang tepat.
Hindari menanyakan pertanyaan anak tentang mengapa mereka merasa seperti itu. Seringkali itu hanya menambah beban bagi anak karena harus memberikan penjelasan yang rasional.
3. Berikan nama untuk perasaan yang dialami anak.
Jika orang tua salah tentang perasaan anak biarkan anak-anak mengoreksi orang tua. Menyalahkan anak karena mereka menyatakan perasaan hanya membuat mereka tertutup dan menyangkal perasaannya. Memberi nasihat pada anak yang lagi curhat perasaan hanya mendorong anak itu pergi meninggalkan orang tua. Orang tua jangan pernah memberitahu anak untuk berhenti menangis terutama hanya karena itu menyebabkan orang tua tidak nyaman.
4. Berikan anak-anak keinginan dalam fantasi.
“Saya ingin makan kue keripik!”.
Biarkan anak-anak memiliki saluran untuk fantasi dan emosinya. Memberi anak-anak tantangan fisik untuk menyelesaikan dan menjalankannya.
Penutup
Orang tua bertanggungjawab belajar tentang parenting, memutuskan rantai warisan yang buruk dari masa lalu dan menciptakan warisan yang baik.






