Agoes Tjakraningrat
GARDA NKRI, Pancasila & Bhineka Tunggal Ika
PEOPLE POWER digaungkan oleh Bapak Reformasi Amien Rais jauh sebelum hari H Pencoblosan. Amien Rais Minggu (30/3-2019) mengatakan akan mengerahkan people power jika terbukti ada kecurangan dalam Pemilu.
Mantan Ketua MPR yang seharusnya dihormati itu terpeleset kenegarawanannya ketika “menghasut” dengan ajakan mengerahkan people power sah dan lebih berguna daripada mengajukan banding pada Mahkamah Konstitusi (MK).
Di Kompleks Masjid Sunda Kelapa wong Yogya itu berkoar, “Kalau sampai nanti terjadi kecurangan, sifatnya terukur, sistematis dan masif, ada bukti, itu kita enggak akan ke MK, enggak ada gunanya tapi kita langsung people power.”
Kenapa Amien Rais semakin sepuh justru semakin luntur ketaatannya pada hukum dan bahkan menabraknya. Apakah beliau mengalami “kepikunan” tata krama atau merasa “hidup di dimensi lain”?
Amien Rais mungkin lupa bahwa people power merupakan pengerahan kekuatan massa untuk meruntuhkan kekuasaan yang mapan. Contohnya people power yang terjadi di Filipina, 33 tahun lalu dan Presiden Ferdinand Marcos jatuh.
People power juga bisa merujuk di Filipina seolah menjadi inspirasi peristiwa politik Indonesia 1998 tatkala para mahasiswa dan rakyat menuntut Presiden Soeharto mundur. Rezim Marcos dan rezim Orba dibawah Soeharto memiliki kemiripan sehingga people powerlah yang menjatuhkan kedua rezim yang dipimpin secara otoriter dan korup.
Lha Indonesia salahnya dimana Mbah Amien Rais? Istilah jawanya; Mbah Amien Rais golek-golek sing ora ono (mencari-cari alasan yang sejatinya tidak ada). People power yang keblinger Mbah Amien Rais?
Keblinger dan Tidak Pener
Politisi PAN Eggi Sudjana dalam orasinya menyambut ide Amien Rais yang keblinger tersebut dengan jalan yang tidak bener dan tidak pener.
Berorasi di Kertanegara, Eggy menyakini kekuatan PA 212 bisa menumbangkan Jokowi.
Anggota Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni (PA) 212 itu menyatakan, cukup dengan penggerakan massa alumni 212 Prabowo sudah bisa mengalahkan Joko Widodo – Ma’ruf Amin.
Selisih suara, kata Eggi, hanya sekitar delapan juta. Eggi sesumbar, “Massa alumni 212 yang berkumpul di Monas sudah 13 juta, itu sudah cukup (memenangkan Prabowo).”.
Eggi menegaskan, Jokowi tak mungkin mengalahkan Prabowo. Jika Prabowo kalah pasti karena dicurangi, simpul Eggi Sudjana.
“Insyaallah setelah diumumkan resmi, apakah ada kecurangan serius? Kekuatan people power mesti dilakukan. Setuju? Berani?” kata Eggi bertanya ke relawan. “Kalau people power terjadi, tak perlu ikut-ikut mekanisme, karena sudah kedaulatan rakyat,” lanjutnya.
Eggi menandaskan, people power adalah satu-satunya cara untuk melawan kecurangan. “Mungkin dengan people power ini adalah cara Allah agar Prabowo bisa segera dilantik, enggak perlu nunggu Oktober nanti,” tandas Eggi.
Rakyat Melawan
Provokasi people power itu memicu perlawanan. Anggota Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni (PA) 212 Eggi Sudjana akhirnya dilaporkan ke Bareskrim Polri.
Pelapornya ormas Pro Jokowi-Ma’ruf atau Pro Jomac. Laporan ini diterima dengan nomor register STTL/266/IV/2019/Bareskrim tertanggal 19 April 2019 dengan dugaan melanggar Pasal 160 KUHP tentang penghasutan.
Ketua Bidang Advokasi Pro Jomac Suryanto mengatakan, “Kami mengimbau kepada para tokoh bangsa ini untuk yang menang jangan jumawa dan yang kalah jangan dendam.”
Ketua Umum Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD mendatangi Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta untuk memberi dukungan dalam penyelenggaraan Pemilu 2019. Mahfud menyampaikan lawatan kali ini merespons ancaman Amien Rais menggerakkan people power jika ada kecurangan dalam Pilpres 2019.
Mahfud meminta KPU untuk tidak takut dengan ancaman Amien tersebut. Sebab ada rakyat yang akan bersama lembaga penyelenggara pemilu.
“Kami ke sini karena ada ancaman itu, people power untuk apa? Kan ada mekanisme hukum. Kami ke sini agar mereka (KPU) tidak takut dengan itu karena rakyat bersama mereka,” kata Mahfud satu hari sesudah ancaman Amien Rais.
Tudingan Amien bahwa KPU bisa memindahkan suara untuk salah satu paslon, tegas Mahfud, tidak masuk akal. Pasalnya pemilu di Indonesia menggunakan sistem penghitungan manual, bukan lewat teknologi informasi.
Happy Ending?
Kita berharap, Amien Rais dan Eggi Sudjana “hanya” sedang mengulur waktu dalam melemparkan handuk putih agar pendukung Prabowo Sandi tidak terlalu kecewa dan drop. Memang perlu pendinginan secara bertahap tapi benarkah Amien Rais dan Eggi Sudjana niatnya adalah soft landing?
Memang, tidak mudah menularkan “sikap legowo” dan lebih mudah mengobarkan provokasi. Atau kalau itu adalah signal agar Jokowi mengadakan negosiasi, ya sebenarnya sah-sah saja.
Soal jiwa kenegarawanan Jokowi tidak usah diragukan. Bahkan ketika secara real count Jokowi menjadi Presiden untuk kedua kali pun, ia akan melapangkan hati memberi tempat terhormat pada Prabowo dan Sandiaga Uno. Sekali lagi, Jokowi pasti berbesar hati.
Last but not least. Semoga saja people power hanyalah perang urat syaraf. Soalnya kalau serius people power akan berhadapan dengan TNI dan Polri.
Harapan kita, KPU, Bawaslu, polisi, tentara, jaksa, hakim, bekerja dengan baik pasti rakyat tidak pernah akanmendukung people power, bahkan pendukung Prabowo Subianto sekalipun. Semoga bangsa ini tidak ikut keblinger!