PRESIDEN RI Joko Widodo mengajak bangsa Indonesia bersyukur atas kondisi ekonomi negara yang lebih baik ketimbang situasi global.
“Situasi global masih sangat tidak mudah. Sekarang yang menjadi momok semua negara adalah yang namanya inflasi, ini momok semua negara. Patut kita syukuri inflasi kita terakhir di 5,5 persen berkat kerja keras kita semuanya,” kata Jokowi ketika memberikan pengarahan kepada Kepala Daerah se Indoesia di Bogor, Selasa, (17/1-2023).
Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) Ridwan Djamaluddin juga mengikuti Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepala Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor itu.
Rakornas yang bertajuk ‘Penguatan Pertumbuhan Ekonomi dan Pengendalian Inflasi’ ini dibuka langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang diihadiri ribuan peserta dari pemerintah pusat hingga daerah.
Mantan Gubernur DKI ìtu mengajak untuk melihat inflasi di negara lain yang bahkan sudah ada yang sampai 92 persen.”
47 Negara Pasien IMF
Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa guncangan ekonomi karena pandemi dan perang sudah menyebabkan 47 negara masuk menjadi pasien IMF.
Kondisi parah itu pernah pernah dialami Indonesia pada krisis moneter 1997-1998.
Mantan walikota Solo itu menyampaikan, “Kita ingat tahun 1997-1998 Indonesia menjadi pasiennya IMF, ambruk ekonomi dan ambruk politiknya. Ini 47 negara dan yang lain masih antre di depan pintunya IMF.”
Presiden menegaskan, semua elemen mulai dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah, harus sudah memiliki frekuensi yang sama. Terutama, dalam menghadapi situasi yang tidak mudah ini.
Posisi Indonesia Baik
Dalam arahannya, Presiden Jokowi juga mensyukuri saat ini ekonomi Indonesia pada posisi yang baik dibandingkan negara-negara lain, sebab hingga kuartal ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5,72 persen.
Konďisi baik itu meningkat jika dibandingan pertumbuhan ekonomi secara tahunan (year on year) pada tahun 2022 yang berada di angka 5,2 persen.
Namun, ia mengingatkan akan ujian ekonomi di tahun 2023, termasuk inflasi yang disebabkan oleh bahan pokok seperti tomat hingga cabai.
Oleh karena itu, langkah pengendalian inflasi harus bisa disikapi oleh para Kepala Daerah agar bisa menyusun kebijakan sehingga harga bahan pokok khususnya dapat terjangkau.
Jokowi menyampaikan, “Apa yang harus dilakukan saya sudah tidak ingin mengulang lagi bagaimana menutup ongkos transportasi, meningkatkan produktivitas petani, misalnya tomat mahal perintahkan tanam tomat, cabe mahal perintahkan tanam cabai. Saya gak usah ulang,” tegasnya. (ags)