Jalan Kasih, Jalan Damai

oleh -

Oleh: Agus Cakraputra Ismunarno
Chief Editor AQUILA Media Group

aquilaindonesia.com-Paus Fransiskus secara terbuka kepada dunia mengecam Israel yang melakukan serangan udara di Gaza dan menewaskan diantaranya anak-anak.

Kecaman Pemimpin 1,4 miliar umat Katolik se dunia itu diungkapkan sehari setelah pria Argentina berusia 88 tahun itu menyesalkan serangan udara Israel yang diantaranya menewaskan tujuh anak dari satu keluarga pada Jumat, (20/12-2024) menurut badan penyelamat Gaza.

Paus Fransiskus pada tiga hari menjelang Natal, Minggu (22/12) kembali mengecam serangan Israel di Jalur Gaza.

Paus yang 3-6 September 2024 lalu berkunjung ke Indonesia mengutuk “kekejaman” mereka untuk kedua kalinya dalam beberapa hari meskipun Israel menuduhnya menerapkan “standar ganda”.

Setelah Doa Angelus Paus berkata, “Dan dengan rasa sakit saya memikirkan Gaza, tentang begitu banyak kekejaman, tentang anak-anak yang ditembaki dengan senapan mesin, tentang pengeboman sekolah dan rumah sakit. Betapa kejamnya,” kata Paus Fransiskus.

Paus melanjutkan ungkapan hatinya, “Kemarin anak-anak dibom. Ini kekejaman, ini bukan perang.”

Pemimpin Umat Katolik se dunia yang biasanya penuh kehati-hatian itu kini lebih terbuka mengekspresikan sikapnya.

***

Sontak, pernyataan Paus itu memicu respons tajam dari Israel.

VOA memberitakan, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel menyebut intervensi Paus Fransiskus sebagai sesuatu yang “sangat mengecewakan karena tidak sesuai dengan konteks yang sebenarnya dan faktual mengenai perjuangan Israel melawan terorisme jihadis — perang multi-front sejak 7 Oktober.”

Ia menambahkan, “Cukup dengan standar ganda dan pengucilan negara Yahudi dan rakyatnya.”

Pernyataan Israel menandaskan, “Kekejaman adalah teroris yang bersembunyi di balik anak-anak sambil mencoba membunuh anak-anak Israel; kekejaman adalah menyandera 100 orang selama 442 hari, termasuk bayi dan anak-anak, oleh teroris dan menyiksa mereka.”

Rujukan Israel itu menunjuk pada tindakan Hamas yang menyerang Israel, membunuh banyak warga sipil dan melakukan penyanderaan pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang Gaza.

***

DAMAI di bumi memang mensyaratkan damai di hati. Benarkan pemerintahan di bumi memilih adagium ‘si vis pacem para bellum’? Jika merindukan damai, mestikah menyiapkan perang?

Mahatma Gandhi berkata jika mata ganti mata, maka dunia akan buta. Ajaran kasih untuk menciptakan damai di belahan bumi mana pun, bahkan di lingkungan manapun akan semakin relevan.

Teror versus teror dalam sejarahnya hanya berujung pada ketakutan dunia. Membunuh anak anak sebagai reaksi balik atas pembunuhan anak-anak hsnya akan menciptakan balas dendam tak berujung.

Rasa sakit, kekejaman, penderitaan dan segala ketakutan (terorisme) di bumi memang menjauhkan manusia dari rasa bahagia. Namun, gigi ganti gigi sebagai analogi balas dendam hanya akan membuat dunia ompong tak bermakna.

Mampukah seluruh warga bumi ini (terutama para pemimpin bangsa dan dunia) semakin memilih jalan kasih untuk melahirkan kedamaian. Semoga!

Tinggalkan Balasan