“Pangkalpinang nggak bisa cuma bergantung ke pusat. Harus kreatif, mandiri, dan bisa jadi kota yang atraktif,” kata Juhaini.
Festival ini juga sejalan dengan status Pangkalpinang sebagai Kota Kreatif Indonesia, dengan kuliner sebagai subsektor unggulan. Pemerintah pun terus mendorong pengembangan ekonomi kreatif, seperti yang tertuang dalam UU No. 24 Tahun 2019.
Era digital saat ini menuntut semua layanan serba cepat dan transparan. Tantangan itu juga berlaku buat Dinas Pariwisata sebagai motor utama ekraf dan pariwisata kota.
Ada 17 subsektor yang ditampilkan, mulai dari kuliner, kriya, fashion, musik, hingga film dan animasi. Semua ditampilkan untuk mendorong kolaborasi dan pertumbuhan ekonomi kreatif lokal.
“Kita ingin acara ini jadi wadah buat pelaku kreatif terus berkembang. Pangkalpinang punya potensi besar, tinggal kita jaga dan dorong bareng-bareng,” tutupnya. (adv/sywl)
