Oleh: Agus Ismunarno Cakraputra Pemimpin Redaksi AQUILA Media Group
> “Keadilan bukan milik yang kuat. Tapi milik mereka yang cukup berani untuk memperjuangkannya.”
–Catatan Nurani Hari Bhayangkara 2025
SUARA sirine tak lagi hanya menyuarakan kuasa hukum. Di Hari Bhayangkara ke-79 yang jatuh pada 1 Juli 2025, gema itu berubah menjadi irama harapan.
Harapan siapa?Harapan rakyat. Harapan perempuan muda. Harapan ibu kehilangan anak. Harapan mereka yang tertindas namun tidak diam.
Hari Bhayangkara tahun ini diwarnai refleksi yang dalam. Di bawah langit Pangkalpinang yang masih menyimpan gerimis keadilan, dua nama menggema dalam batin publik: Dhaffa Nabila Sukanda (22) dan YJ (24) istri Anggota Brimob Polda Babel.
Keduanya adalah suara yang harus didengar. Keduanya menjadi bukti bahwa semboyan “Polri untuk Masyarakat” bukan sekadar slogan, tapi ujian nyata: apakah polisi benar-benar hadir di sisi korban?
Justice for Daffa: Saat Hukum Wajib Hadirkan Pengemudi Tabrak Lari ke Proses Hukum
Dhaffa, mahasiswi Universitas Bangka Belitung, meninggal dunia dalam tragedi tabrak lari yang menyayat. Tapi di tengah luka itu, masyarakat menyaksikan sesuatu yang patut diapresiasi: ketegasan Kasatlantas Polresta Pangkalpinang, AKP Ria Arianty.
Tanpa basa-basi, 25/6-2025, beliau mengumumkan hasil investigasi bahwa ini adalah kasus tabrak lari. Dan pihak polisi sedang mencari pelaku.
Tak ada eufemisme. Tak ada pengaburan. Dan yang lebih penting, pengemudi segera diproses hukum.
Dua hari jelang peringatan Hari Bhayangkara, Minggu (29/6) Kasatlantas AKP Ria Arianty lebih maju lagi menyatakan, pelaku tabrak lari sudah diamankan tujuh jam sesudah kejadian dan sekarang sedang proses lidik.
Siapakah pengemudi tabrak lari Dhaffa? Apakah dia warga sipil? Anggota Polri? Anggota TNI? Atau ASN? Yang yerpenting adalah mari kita tunggu Polresta Pangkalpinang yang sudah menghadirkan pelaku ei depan hukum.
Kapolda Kepulauan Bangka Belitung, Irjen Pol Drs. Hendro Pandowo, M.Si, dan Kapolresta Pangkalpinang, Max Mariners patut diberi topi kehormatan.
Tema Bhayangkara “Polri untuk masyarakat’ sudah dilaksanakan secara PRESISI oleh AKP Ria Arianty dan jajarannya.

Mereka tidak membiarkan keadilan terperosok di balik roda kendaraan yang melaju dan lari.
“Berani bawa mobil, berani bertanggung jawab,” itu pesan moralnya.
Kini keluarga besar UBB dan orang tua Daffa menanti: bahwa keadilan bukan sekadar janji.
Justice for YJ: Saat Brimob Diminta Tunduk pada Cinta, Bukan Kekerasan
Di sisi lain, tangis lirih seorang istri, YJ, mengguncang ruang publik. Ia bukan orang biasa. Ia istri dari Bripda MR, anggota Brimob Polda Babel.
Namun, dalam rumah yang semestinya damai, ia mengaku mengalami kekerasan fisik, psikis, hingga ancaman senjata api.
> “Saya hanya ingin berpisah. Saya tidak mau rujuk lagi,” kata YJ di konferensi pers, dengan suara yang nyaris putus.
Laporan resmi YJ ke Polda Babel terregistrasi sejak 16 Juni 2025. Namun baru mencuat ketika ia tampil ke publik, menggandeng Yayasan Nur Dewi Lestari.
Respons Kabid Humas Polda Babel, Kombes Pol. Fauzan, cukup melegakan. Ia menegaskan bahwa kasus ini diproses di dua jalur: pidana oleh PPA Ditreskrimum dan etik oleh Propam. Bripda MR bahkan telah diamankan.
Ini adalah sinyal kuat bahwa Polri—khususnya Polda Babel—tidak bermain mata dengan anggotanya sendiri.
Polri untuk Masyarakat: Bukan Hanya di Baliho, Tapi di Nurani
Tentu, pekerjaan rumah belum selesai. Tapi ketika masyarakat melihat Polda Babel tanggap, transparan, dan tegas, maka benih kepercayaan tumbuh kembali.
Karena rakyat tidak butuh polisi yang sempurna. Rakyat hanya butuh polisi yang berpihak pada korban, yang tak tutup mata meski pelaku memakai seragam sendiri.

No More Tabrak Lari, No More KDRT
Hari Bhayangkara tahun ini bukan sekadar seremoni. Ia menjadi cermin: bahwa Polri adalah milik rakyat, bukan hanya alat negara. Maka tuntutannya jelas:
Tidak ada lagi pengemudi pengecut yang lari dari tanggung jawab.
Tidak ada lagi suami yang menyalahgunakan seragam sebagai kuasa atas tubuh dan jiwa istri.
Karena Brimob, sebagaimana aparat lainnya, dilatih oleh negara untuk menjaga ketertiban, bukan menebar teror di rumah sendiri.
> “Bila tanganmu terlatih untuk senjata, latihlah pula hatimu untuk cinta. Bila jiwamu digembleng di medan tugas, jangan lalai menjaga kedamaian dalam keluarga.”
Catatan Akhir AQUILA Media Group: Ces’t La Vie, Kata Orang Prancis
Begitulah hidup, seperti kata orang Prancis. Dan begitulah pula kehidupan Polri. Ada langkah yang gagap, ada pula keberanian yang memulihkan.
Maka di Hari Bhayangkara ini, kita angkat topi penuh hormat: untuk Kapolda dan jajarannya yang bekerja. Tapi juga kita titipkan doa dan desakan: aagar Justice for Daffa dan YJ bukan berhenti sebagai kampanye, melainkan menjadi kenyataan keadilan yang menyembuhkan luka bangsa.
Selamat Hari BHAYANGKARA,
Polri untuk Masyarakat.
*Agus Ismunarno Cakraputra adalah wartawan utama, pendiri/pemimpin redaksi enam media massa di empat provinsi dan pimpinan media massa (1993-2022) di 5 provinsi. Kini, CEO/Pemimpin Redaksi AQUILA Media Group.
*/dari berbagai sumber/ags