Oleh: Agus Ismunarno Cakraputra
Pemimpin Redaksi AQUILA Media Group
*) the journey of life series
PERGANTIAN pucuk pimpinan di tubuh Polri seringkali dibaca hanya sebagai rotasi organisasi. Namun di Kepulauan Bangka Belitung, yang tanahnya penuh timah dan lautnya penuh arus perdagangan, pergantian Kapolda adalah soal arah dan makna. Ia adalah estafet pengharapan.
Irjen Pol Hendro Pandowo telah mengakhiri masa baktinya di Babel dengan cara yang sederhana namun menyentuh: berpamitan kepada para pengemudi ojek online di Pangkalpinang. Ia meminta maaf bila selama 14 bulan menjabat ada salah ucap atau tindak, sekaligus menegaskan kembali komitmennya sejak awal—mendekat ke masyarakat, bukan sekadar pada elite. Momen ini meneguhkan citra Hendro sebagai Kapolda humanis: merangkul, bukan memukul.
Tongkat komando kini beralih ke tangan Irjen Pol Viktor Theodorus Sihombing, seorang perwira dengan latar belakang hukum yang kuat. Tugas yang menantinya tidak ringan: Persoalan ambruknya daya beli, kurangnya tenaga kerja, narkoba yang merajalela, penyelundupan dan Babel yang sedang berada dalam turbulensi pertimahan:
“Mafia tambang dengan segala bentuknya” masih ada dan memanipulasi tata niaga timah.
Regulasi dan penegakan Pemerintah wajib memberi iklim berusaha kepada PT Timah Tbk dan swasta untuk bersaing secara fair: hak dan kewajibannya.
Masyarakat penambang kecil mendambakan ruang untuk “cari makan” dengan batin tenang, tanpa dikejar aparat.
Pemerintah pusat dan daerah dituntut menghadirkan lapangan kerja alternatif, agar rakyat tidak semata bergantung pada tambang.
Inilah simpul persoalan yang harus disentuh Kapolda baru: hukum yang tegas, tetapi dengan wajah manusiawi. Membasmi “mafia”, tetapi tetap membuka ruang hidup bagi rakyat kecil. Menjaga ketertiban, tetapi juga mendorong sinergi pemerintah dan swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru yang lebih berkelanjutan.
Pergantian ini bukan sekadar soal siapa duduk di kursi Kapolda, melainkan bagaimana hukum dapat hadir sebagai pelindung, bukan sebagai ancaman. Babel membutuhkan kepemimpinan yang tidak hanya pandai menegakkan pasal, tetapi juga peka terhadap derita sosial-ekonomi masyarakatnya.
Di tengah daya beli yang jatuh, pasca Covid-19 dan skandal mega korupsi timah, rakyat kecil Babel butuh “kepolisian yang mengayomi”—yang bisa menertibkan tanpa memutus harapan, menindak tanpa membunuh nafkah, dan bersinergi dengan regulator untuk membuka horizon baru ekonomi rakyat.
Selamat Bertugas di Bareskrim Polri, Pak Hendro — terima kasih telah merangkul dengan hati.
Selamat datang, Pak Viktor — semoga kepemimpinan Bapak mampu menata pertimahan Babel dengan arif, sehingga hukum tegak, rakyat sejahtera, dan negeri timah kembali bersinar. Semoga!
*)*)-the journey of life series- adalah tulisan serial berbagai tema oleh penulis, pasca 65 Th Kelahiran (15 Agustus 1960), 35 Th Berkarya sebagai Insan Pers Indonesia dan 25 Th Berkarya Jurnalistik di Babel.






